Misericordia Child & Family Development Center

Misericordia Child & Family Development Center

Saturday, September 28, 2013

Mengubah BeTe (BORED TIME) menjadi Best Time

Istilah BeTe bukan istilah yang asing didengar di telinga kita. Tidak jarang BeTe diartikan sebagai kondisi perasaan yang sedang galau, suntuk, tidak bergairah tidak semangat, dan lain lain. Nah pertanyaannya dari kata apa Bete itu sebenarnya? Istilah BeTe yang paling masuk akal dan mendekati arti Bete seperti yang kita tahu adalah Bored Totally atau Bosan Total. Akan tetapi, kata Bete juga mempunyai arti yang lebih luas dari kata “bosan yang sangat”. Dari sudut pandang psikologi, kata Bete adalah kependekan dari Below Temper yang berarti:
Below = Under
Temper = a characteristic (habitual or relatively temporary) state of feeling
Below Temper berarti kondisi dibawah perasaan normal.

Kata Below Temper populer di radio sekitar tahun 1999 – 2000. Seiring perjalanan waktu dan hobi orang indonesia yang suka sekali menyingkat nyingkat kata maka kata Below Temper lebih dikenal sebagai BeTe. Antonim dari Below Temper adalah High Temper Bisa diartikan kondisi seseorang yang sedang ingin marah, atau lagi uring uringan atau yang suka marah marah. Marah yang dikuasai oleh pikiran-pikiran negatif. Bayangkan bagaimana kondisi psikologis seseorang yang dikuasai oleh pikiran negatif. Anda tahu? Pikiran negatif menjadi penghalang seseorang untuk memberikan kinerjanya yang terbaik. Semangat bekerja menjadi menurun jika otak kita dipenuhi pemikiran-pemikiran yang negatif baik secara sadar maupun tidak sadar. Mengapa bisa begitu? Hal ini disebabkan oleh karena pikiran-pikiran yang negatif akan menciptakan emosi yang mendemotivasi. Perasaan malas, takut, cemas, kesal, bad mood atau bete, dan seterusnya akan menekan motivasi seseorang dan merusak kemampuannya dalam berkomunikasi. Bagaimana seseorang bisa begitu di dominasi oleh pikiran negatif dan bisa jadi berada dalam kondisi Below Temper?

Beberapa penelitian di dalam bidang psikologi dan neurosains menunjukkan bahwa serabut saraf yang menghubungkan sistem limbik ke korteks jauh lebih banyak daripada sambungan ke arah sebaliknya. Ini menunjukkan betapa emosi sangat berpengaruh dalam pemikiran dan membuat keputusan dalam bertindak. Maka dari itu, kita mesti bisa mengendalikan emosi kita agar selalu mendukung kesuksesan. Emosi kita harus mampu memacu semangat dengan optimisme yang tinggi dan membangun antusiasme dalam bekerja. Emosi yang positif harus dapat dikultivasi sesuai kebutuhan. Emosi yang positif akan memampukan kita untuk berkomunikasi secara lebih baik, bertindak dengan penuh keyakinan diri, dan termotivasi untuk memberikan kinerja yang terbaik. Dan tubuh kita bereaksi terhadap perasaan-perasaan yang kita alami.

Ketika kita sedang merasa senang, kita tersenyum lebar, berjalan dengan tegap, bahkan melebarkan postur tubuh dengan tangan kita. Sebaliknya, saat kita merasa bete atau terpuruk maka dunia serasa suram dan membuat kita membungkuk atau ingin meringkuk. Berita baiknya, ternyata jalan saraf yang menghubungkan emosi dengan postur tubuh kita itu berjalan dua arah. Kita bisa merubah perasaan kita dengan mengubah postur tubuh, gerakan atau aksi, hingga dengan mimik muka. Bayangkan, bahkan ekspresi muka kita memiliki kuasa terhadap emosi kita! Peneliti bernama David Havas di tahun 2010 menemukan bahwa para partisipan dalam suatu studi dapat mempengaruhi emosi dengan mimik muka. Orang-orang yang diinstruksikan untuk tersenyum akan merasa sulit untuk marah-marah. Dan sebaliknya, para peserta yang disuruh merengut akan susah untuk merasa ramah dan berbahagia. Salah seorang peneliti lainnya bernama Amy Cuddy, mengamati bagaimana postur tubuh dapat mempengaruhi proses kimiawi di dalam tubuh dan reaksinya pada otak manusia. Waktu seseorang duduk atau berdiri dengan tubuh yang terbuka, tangan mengembang, kaki melebar, maka produksi testosteron meningkat dan hormon stres menjadi berkurang. Dalam penelitian lainnya, ketika para partisipan dipaksa tersenyum dengan menjepit pensil menggunakan gigi, mereka merasakan kerangka berpikir yang lebih positif. Jadi, kita harus memperhatikan bagaimana mimik muka, postur tubuh, dan gerakan fisik agar bisa mempengaruhi emosi secara lebih bermanfaat bagi motivasi diri.Kita juga bisa merileksasikan otot-otot di wajah kita agar merasa lebih tenang. Kita lambatkan nafas dengan menarik nafas dan menghembuskannya dalam-dalam untuk menurunkan tekanan darah serta mengurangi detakan jantung. Dan berjalan kaki selama 20 menit di pagi atau sore hari ternyata dapat meningkatkan mood kita secara positif. So, Bad Time, Below Temper, Bored Time atau apapun itu bisa diubah menjadi Best Time, dimana kita mampu menunjukkan performa hidup yang maksimal. Enjoy aja !

Salam bahagia ! Bahagia itu, menyehatkan jiwa, mensejahterakan hidup !

No comments:

Post a Comment