APPLIED BEHAVIORAL
ANALYSIS ( ABA ) :
Sebuah Pendekatan untuk Anak Autis
Oleh
: A. Yuria Ekalitani, C.Ht, MT.OEI, M.Si, M.Psi (Cand)
PENGANTAR
ABA adalah
sebuah teknik yang digunakan sebagai treatment untuk penderita autis dan
biasanya diterapkan pada anak-anak dengan gangguan autis. Terapi ini diberikan
dengan maksud untuk melakukan perubahan pada anak autistis dalam arti perilaku
yang berlebihan dikurangi dan perilaku yang berkekurangan ( belum ada )
ditambahkan. ABA yang diciptakan oleh O Ivar Lovaas, PhD dari University of
California Los Angeles ( UCLA ) memfokuskan penanganan pada pemberian
reinforcement positif setiap kali anak berespon benar sesuai dengan instruksi
yang diberikan. Tidak ada hukuman dalam terapi ini akan tetapi bila anak
berespon negative ( salah / tidak tepat ) atau tidak berespon sama sekali maka
ia tidak mendapatkan reinforcement positif yang dia sukai. Diharapkan dengan
perlakuan ini dapat meningkatkan kemungkinan anak agar berespons positif dan
mengurangi kemungkinan dia berespon negative atau tidak merespon instruksi yang
diberikan.
Sesuai dengan
namanya, teknik ini berangkat dari teori behavioristik dimana mereka meyakini
bahwa perilaku berhubungan dengan system reward ( hadiah / penghargaan ) dan
konsekwensi ( akibat ). Berangkat dari pemahaman dasar ini maka teknik ini
biasanya digunakan sebagai dasar untuk metode mengajar. Oleh sebab itu,
berangkat dari teori ini, Lovaas dan The Lovaas institute mengembangkan teknik
ini dan menjabarkannya menjadi beberapa pengertian di bawah ini :
a) Applied
Meletakkan
penugasan pada kondisi yang real
b) Behavioral Analysis
Observasi dan
analisis yang dilakukan untuk obyek perilaku tertentu dengan tujuan untuk
merubah atau menciptakan perilaku baru yang diinginkan.
Sehingga
secara ringkas dapat dikatakan bahwa Applied Behavioral Analysis ( ABA ) adalah
suatu teknik yang telah disusun secara sistematis untuk mengurangi perilaku
yang tidak diinginkan dan meningkatkan perilaku yang diharapkan.
TUJUAN
PENANGANAN
Teknik ini
diberikan dengan tujuan untuk meningkatkan pemahaman dan kepatuhan anak autis
terhadap aturan. Dari terapi ini hasil yang didapatkan signifikan bila mampu
diterapkan secara intensif, teratur dan konsisten pada usia dini.
Mengapa Anak Autis ?
Seperti yang
sudah ditulis diatas, terapi ini digunakan untuk anak yang autis. Anak autis
memiliki gambaran unik dari anak lainnya hal ini menyebabkan perilaku anak
autistis berbeda dari perilaku normal
Gambaran Unik Anak Autis
©
Selektif yang berlebihan terhadap rangsangan sehingga kemampuan
menangkap isyarat yang berasal dari lingkungan sangat terbatas.
©
Kurang motivasi, bukan hanya sering menarik diri dan asyik sendiri
tetapi juga cenderung tidak termotivasi menjelajah lingkungan baru atau
memperluas lingkup perhatian mereka.
©
Memiliki respon stimulasi diri tinggi. Mereka menghabiskan
sebagian besar waktu untuk merangsang diri sendiri misalnya bertepuk tangan.
©
Memiliki respon terhadap imbalan. Mereka belajar paling efektif
pada kondisi imbalan langsung yang jenisnya sangat individual. Namun respon ini
berbeda untuk setiap anak autis.
Sumber :
Terapi Anak Autis di Rumah, 2003. Widyawati, S; Rosadi, E ; Yulidar. Puspa Sehat :Jakarta. Hal. 24
Dari gambaran
di atas maka tampak beberapa perilaku yang tentunya berbeda pada anak normal.
Perilaku ini kemudian dapat dijabarkan ke dalam perilaku yang berlebihan,
perilaku yang berkekurangan atau bahkan tidak ada sama sekali. Contoh perilaku
yang berlebihan ini misalnya mengamuk. Sedangkan perilaku yang berkekurangan
contohnya gangguan bicara, perilaku social yang tidak tepat. Semuanya hal di
atas tentunya menjadi hal yang serius untuk segera ditangani. Oleh sebab itu,
karena berkaitan dengan perilaku, maka teknik ABA inipun diterapkan.
LANGKAH-LANGKAH YANG HARUS DIPERHATIKAN :
a) Target
perilaku yang mau dirubah harus jelas dan spesifik.
b) Tujuan
jangka panjang dan jangka pendek yang hendak dicapai juga hendaknya jelas dan
terarah
c)
Perkembangan maupun kemajuan program yang dijalankan dapat terukur.
d) Harus ada
pembagian peran yang jelas antara konselor, terapis, orangtua maupun caregiver
yang terlibat.
e) Gambaran
detail tentang positive maupun negative reinforcement yang akan digunakan.
f) Membuat
gambaran yang jelas bagaimana perencanaan dapat digunakan untuk monitoring dan
evaluasi demi keefektivan teknik tersebut.
PRINSIP
PELAKSANAAN TEKNIK ABA
Prinsip awal
pelaksanaan terapi ini adalah dengan meningkatkan kemampuan reseptif atau
pemahaman anak autis. Dimulai dengan jumlah latihan yang sedikit untuk beberapa
minggu pertama. Cara ini akan membantu terapis untuk terampil pada metode
pengajaran dan membantu anak terbiasa pada kegiatan terstruktur.
Secara umum
program awal ini meliputi program kesiapan belajar ( misalnya berespon terhadap
nama ), program bahasa reseptif ( misalnya mengikuti perintah satu tahap ),
program meniru ( misalnya meniru gerakkan motorik kasar ), dan program bahasa
ekspresif ( misalnya menunjuk benda-benda yang diinginkan ) dan tugas
menyamakan ( misalnya menyamakan benda-benda yang identik ). Ketika anak
mengalami kemajuan, tambahkan program baru.
BEBERAPA
TEKNIK YANG TERMASUK DALAM ABA
Task Analysis : Shaping
Reinforcement : Chaining
Discrete Trial : Fading
Prompting: Redirection
Other: Ignoring
Dari beberapa
teknik di atas, teknik yang paling sering digunakan adalah Discrete Trial.
Metode Lovaas dengan teknik ABA ini dimulai dengan Discrete Trial ( ujicoba
latihan )
Apa Itu
Discrete Trial ?
©
Discrete trial adalah teknik khusus yang digunakan untuk
memaksimalkan proses belajar.
©
Teknik ini juga dikombinasikan dengan teknik lain dalam
pelaksanaan pada terapi ABA seperti prompting, fading, chaining.
©
Teknik ini dapat digunakan pada segala jenis usia dan populasi.
©
Proses yang banyak dikembangkan dalam teknik ini sebagian besar
untuk mengembangkan kemampuan berpikir ( kognitif ), komunikasi, bermain,
social maupun emosional serta bina diri.
©
Menekankan pada belajar sebagai proses aktif.
Teknik
Discrete Trial :
a) Terapis
memberi suatu stimulus atau rangsangan berupa instruksi ke anak yang
memperhatikan terapis atau tugas di tangannya.
b) Stimulus
ini mungkin diikuti oleh prompt untuk menimbulkan respon yang dimaksud.
c) Anak
merespon benar/salah atau tidak merespon sama sekali
d) Terapis
berespon dengan memberi imbalan atas respon anak yaitu memberi hadiah jika
benar dan mengatakan tidak jika salah.
e) Terdapat
senggang waktu atau interval singkat sebelum memulai uji coba berikutnya.
Beberapa hal yang ada dalam Discrete Trial ;
1. Instruksi
Instruksi
yang diberikan hendaknya singkat, jelas dan konsisten.
Pada tahap
awal, kalimat yang digunakan hendaknya berupa kalimat singkat.
2. Respon
Dalam
merespon instruksi terapis, anak mungkin melakukannya dengan benar, setengah
benar, salah atau tidak merespon sama sekali yang juga dinilai salah.
3. Prompt ( bantuan, dorongan dan arahan )
Beberapa anak memerlukan tambahan bantuan
untuk melakukan keterampilan atau perilaku yang diinginkan.
Prompt adalah setiap bantuan yang diberikan
pada anak untuk menghasilkan respon yang benar.
Ada beberapa jenis prompt antara lain fisik,
contoh, lisan, visual, posisi, ukuran benda, dengan menunjuk.
1. Imbalan /
reward
Terapis harus memiliki pengetahuan yang cukup
dari perilaku dengan reward bagi anak autis.
Reward
mempunyai dua aspek penting yaitu jenisnya dan bagaimana cara memberikannya.
a. Jenis
reward
• Reward
positif
Reward yang
diberikan setelah suatu perilaku kemudian akan meningkatkan perilaku tersebut
• Reward
negative
Anak tidak
akan meningkatkan perilaku tersebut
b. Pemadaman
( extinction )
Pemadaman berarti suatu stimulus yang
merupakan suatu imbalan yang tidak lagi diberikan.
Contohnya : jika selama ini anak mendapatkan
perhatian terhadap amukkan ( tantrum ) dan perhatian tersebut sebagai reward
positive sehingga anak memelihara tantrumnya maka cara efektif untuk
menghilangkannya adalah dengan tidak lagi memberikan perhatian saat anak
tantrum.
Berikut adalah 3 hal penting pada pemadaman :
©
Prinsip pemadaman adalah pengurangan bertahap dari kekuatan
perilaku tersebut bukan suatu penurunan tajam dan dramatis seperti ciri
hukuman.ü
©
Biasanya, pada awal pemadaman terdapat peningkatan kekuatan
perilaku karena anak semakin berusaha mendapatkan kembali imbalan.ü
©
Anak akan lebih kreatif pada usahanya untuk memperoleh perhatian
untuk amukkannya.
c. Time out
•
Menghilangkan kesempatan untuk mendapatkan imbalan
d. Cara
memberikan imbalan
• Imbalan
harus tergantung pada perilaku
• Pelaksanaan
harus konsisten
• Pemberian
imbalan jangan bermakna ganda
• Imbalan
harus mudah dibedakan oleh anak
e. Selang
waktu pemberian Discrete Trial ( uji coba )
·
Selang waktu uji coba adalah waktu antara reward satu uji coba dan
mulainya suatu instruksi untuk uji coba berikutnya
·
Anak yang memperlihatkan banyak perilaku lepas tugas memerlukan
selang waktu ujicoba yang pendek agar dapat mengurangi kesempatan untuk
terjadinya perilaku tersebut.
·
Selang waktu uji coba ini biasanya berkisar antara 3-5 detik. Hal
ini akan membantu anak mengetahui bahwa terapis telah mengakhiri suatu uji coba
terakhir dan akan memberikan uji coba yang baru lagi.
Tiga Komponen Penting dalam Discrete Trial :
1. Stimulus
Discriminative = SD
2. Respon
Anak = R
3. Stimulus
Respons = SR
Components of
a Discrete Trial
Contoh :
AKTIVITAS A
Skill : Anak
diminta oleh terapis untuk memberikan benda yang diminta oleh terapis.
Identifikasi
kemungkinan SD, R dan SR yang terjadi :
SD : “ Ambil
crayon ! “
R : anak
memberikan crayon
SR : “ Wow.
Bagus sekali ! “
Jika anak
tidak tepat melakukannya tetapi memberikan perhatian :
SR : ‘ Hampir
tepat. Ayo coba lagi “
Jika anak
melakukannya dengan tepat tapi tanpa memperhatikan terapis
SR : “ Baik.
Sekarang lihat saya. “
AKTIVITAS B
Skill : Anak
duduk di kursi sesuai perintah
Identifikasi
kemungkinan SD, R dan SR yang terjadi :
SD : “ Duduk
di kursi itu ‘
R : Anak
duduk di kursi
SR : “ Bagus
sekali ! “
Jika anak
tidak tepat melakukannya tetapi memberikan perhatian :
SR : ‘ Bagus.
Kamu sudah mencoba. Ayo coba lagi “
Jika anak
melakukannya dengan tepat tapi tanpa memperhatikan terapis
SR : “
Dengarkan. “
GENERALISASI DAN PEMELIHARAAN DARI PERUBAHAN
PERILAKU
Karakteristik
umum anak autis yaitu tidak mampu menggeneralisasikan keterampilan yang baru
dipelajari ke keadaan berbeda dari apa yang terdapat saat latihan. Selama
pengajaran awal terapis sering memelihara kendali ketat terhadap instruksi yang
diberikan, benda-benda yang ditunjukkan, susunan duduk dan tatanan lainnya.
Biasanya
generalisasi dilakukan setelah keterampilan target telah dikuasai. Namun pada
anak yang cakap, mungkin generalisasi dapat dimulai ketika keterampilan baru
saja muncul. Berikut ini tiga jenis generalisasi :
1. Generalisasi
rangsang ( stimulus generalization )
Jika terapi
perilaku tetap terjadi sebagai respon dari berbagai rangsang, bisa terjadi di
kelas, di rumah, di taman dan di rumah orang lain. Seorang terapis mengajarkan
anak agar dapat melakukan suatu perilaku, tetapi anak tidak melakukan perilaku
tersebut bagi orang atau terapis lain. Anak belajar merespon beberapa bagian
tertentu misalnya gerakkan tangan terapis, tetapi karena bagian ini tidak ada
pada keadaan yang lain, perilaku tidak tergeneralisasikan.
Untuk
mengatasi hal tersebut, maka langkah-langkah di bawah ini dapat dilakukan :
a) Program
rangsang yang sama
Setiap
latihan perlu mengandung rangsang yang sama
b) Modifikasi
berturutan pada perilaku
Disesuaikan
dengan konteks lingkungan tempat dia tinggal.
c) Melatih
dengan banyak contoh
Berikan anak
beberapa alternative dengan pola yang sama.
2.
Generalisasi respon ( respon generalization )
Dalam hal ini
yang dapat diperhatikan adalah bahasa, pelajaran meniru dan mengamati,
kepatuhan serta penekanan pada perilaku yang tidak sesuai.
3.
Generalisasi sepanjang waktu ( pemeliharaan )
Mempertahankan
efek dari terapi supaya tetap dikuasai anak sepanjang waktu. Jika keterampilan
telah dikuasai anak, generalisasi dan pemeliharaan dapat ditingkatkan secara
bertahap dengan mengurangi sedikit demi sedikit frekuensi dan jenis imbalan.
Selama fase
ini, frekuensi uji coba latihan dikurangi. Secara umum, pemeliharaan dinilai
sekali seminggu selama periode 3-6 minggu.
DAFTAR PUSTAKA
Bettelheim,B.
The Empty Fortress : Infantile Autism and The Birth of the Self. New York :
Free
Mash J, Wolfe
D. Abnormal Child Psychology. 2005. Thomson Learning, Inc : USA
Veskarisyanti,
G. 12 Terapi Autis Paling Efektif dan Hemat. 2008. Pustaka Anggrek : Yogyakarta
Widyawati, S; Rosadi, E ; Yulidar. Terapi Anak
Autis di Rumah, 2003.Puspa Sehat : Jakarta.
No comments:
Post a Comment