Misericordia Child & Family Development Center

Misericordia Child & Family Development Center

Saturday, September 28, 2013

Bright Child vs Gifted Child

Oleh. Julia Maria van Tiel

Nyatanya buku-buku yang membahas masalah anak cerdas lebih banyak membahas gifted children, bukan  bright children. Padahal keduanya tergolong anak cerdas. Jadi saat mana saya diminta memberikan pelatihan guru ada yang ikut dari sekolah yg punya kelas aksel, waktu kutanya: ada masalah pada murid2nya? Jawabnya tidak.

Orang pun menjadi heran mengapa justru tidak ada masalah? Padahal aku ribut terus, jadi kenapa Bu Julia ribut melulu....???

Gifted children umumnya memang tidak terdampar di kelas aksel sebagaimana di Indonesia, karena seringkali dalam pemilihan ia tidak mendapatkan nominasi. Alasannya, ada angka merahnya di salah satu mata ajaran sekalipun ada angka yang sangat baik, jadi angkanya tidak merata baik. Tentu yang begini tidak bisa masuk ke kelas aksel.
Hasil tes nya tidak jelas, dasarnya memang sulit diberi tes inteligensi konvensional.
Dua prasyarat itu saja sudah menjatuhkan dirinya.

Namun bright child jika diberi pendidikan macam kelas aksel, memang cocok, karena gaya belajranya sangat terstruktur, stappenplan (tahap bertahap), dan klasikal. Bisa diatur, dapat mengikuti program, dapat berkomunikasi dengan baik, tidak mudah menyeleweng. Karena itu cerdas kelompok ini tidak akan banyak di bahas masalahnya, kecuali strategi pendidikannya saja.

Berbeda dengan gifted children yang tukang ngelamun, jika diajak bicara doordenken (keterusan) dan nyambung kemana-mana, tak bisa diperintah, sulit bekerjasama, maunya sendiri, orang selalu menyatakan otaknya ribet....

Saya hanya mau cerita, ada kisah bright child yang masuk ke sekolah khusus gifted children, tapi tidak sukses akhirnya harus dipindah ke sekolah umum.

Alkisah, Joey adalah temen anakku sejak plegrup. Keduanya orang tuanya meninggal kecelakaan saat ia masih sangat kecil, bayi. Ia tak mengenal kedua orang tuanya, karena sejak bayi ia kemudian diasuh kakek-neneknya. Joey kecil tukang nangis, dan badannya kecil sekali. Tapi kulihat sejak puber perkembangannya cukup baik. Tapi di sekolah dasar Joey terkenal anak yang sangat pandai, rajin, kooperatif, dan selalu mendapatkan angka baik. Berbeda dengan anakku yang talulit dan saya selalu mendapatkan panggilan guru karena angka anakku samaunya, kadang 10 kalau gak mau ya dapat 2,3,4.  Apalagi ia mengalami keterlambatan bicara.

Saat masuk ke sekolah lanjutan, Joey mulus masuk ke sekolah khusus gifted, gymnasium, sedang anakku melandas di kelas kejuruan dasar selama satu tahun. Alhamdullilah akhirnya bisa dipindah ke sekolah umum dengan pendekatan onderwijs op maat namanya. Jelasnya inklusi. Mulanya ia ditaruh di kelas dengan anak-anak yang mempunyai beragam masalah, lalu dipindah ke kelas biasa dengan pendekatan akselerasi untuk mata ajaran yang dia sukai seperti matematika, kimia, fisika, dan biologi. Untuk mata ajaran ini ia mengerjakan tugas yang lebih jauh daripada teman-temannya. Sisanya selevel dengan yang lain.

Kembali kepada Joey, tahun pertama di gymnasium ia hampir merah semua, lalu ditawarkan untuk dipindah ke kelas biasa seperti anakku tetapi mendapatkan layanan khusus. Tetapi kakeknya menolak, biarkan ia tidak naik kelas asalkan bisa di gymnasium dan mudah-mudahan akan melanjut terus. Tetapi sayangnya di tahun ajaran ke dua angkanya nyaris merah semua, jadi akhir tahun ajaran ini ia harus mencari lagi, sekolah lain yang bisa menerima. Entah lagi di kelas satu, atau kelas dua dengan level yang lebih rendah.

Aku kasihan sekali padanya. Nampaknya ia memang kurang sesuai di kelas gifted. Bukan karena inteligensinya pas-pasan, tetapi karena strategi belajarnya tidak cocok. Kelas gifted lebih banyak mengandalkan analisa dan pemecahan masalah. Sementara bright child dalam hal analisa dan pemecahan masalah memang kurang sekuat gifted child.

Nampaknya orang tua juga perlu mempelajari bagaimana karakteristik inteligensi anak jika ingin memilihkan bentuk sekolah baginya, bukan hanya tergantung dari angka raport. Jangan sampai apa yang kita pilihkan hanya merugikan dirinya saja.


No comments:

Post a Comment