Misericordia Child & Family Development Center

Misericordia Child & Family Development Center

Wednesday, November 11, 2015

Anak Anda Pelaku Bullying? Simak Cara Mengatasinya disini.

Bullying adalah perilaku kekerasan yang dipelajari pada masa perkembangan anak. Pelaku bullying bisa saja seorang anak laki-laki maupun perempuan, anak pra sekolah ataupun remaja, anak dari kota maupun dari desa. Tidak peduli jenis kelamin, etnik, agama, setiap anak yang beralih ke bullying membutuhkan intervensi perilaku sesegera mungkin. Jangan membuat kesalahan dan berpikir bahwa ini adalah sebuah tahap yang memang terjadi pada perkembangan anak, atau menganggap ini adalah ritual dalam diri seorang anak, apalagi jika ia anak laki-laki. Sebuah penelitian menunjukkan bahwa hampir 60% laki-laki yang diidentifikasi menjadi pelaku bullying yang kronis di sekolah menengah, paling sedikit satu kali mengalami konflik kriminal di usia dua puluh empat tahun. Konsekuensi membiarkannya adalah bencana bagi pertumbuhan karakter anak dan perkembangan moral anak Anda.

Perilaku bullying menjadi semakin berisiko terbentuk pada karakter anak jika dalam keluarga, anak dibesarkan dengan dinamika keluarga yang kurang harmonis, kurang adanya keterlibatan dalam pola pengasuhan antar kedua orangtua, sikap yang membiarkan (permisif) terhadap perilaku kasar anak, menggunakan hukuman fisik atau luapan emosional ketika mendisiplinkan anak serta gaya pengasuhan yang tidak sesuai dengan temperamen alami anak yang mungkin lebih agresif, impulsif atau mudah marah.


Kabar baiknya adalah karena bullying adalah perilaku yang dipelajari, maka hal itu bisa juga tidak dipelajari oleh anak. Berikut ini saya akan memberikan beberapa ulasan untuk memahami perilaku bullying pada anak.


Kenali Tanda-tanda dan Gejala Perilaku Bullying :

Cara pertama untuk memahami perilaku bullying adalah dengan melihat pola pengulangan, kesengajaan verbal, emosional atau penyerangan fisik; seperti pada perilaku :
  • Mengasingkan atau mengucilkan seorang anak.
  • Mengejek, melakukan intimidasi dan kekerasan.
  • Menyebarluaskan gosip yang kejam secara verbal atau lewat media sosial.
  • Melakukan penyerangan fisik dengan memukul, mendorong, menendang, membanting, mencekik ataupun melakukan ancaman atau menakut-nakuti anak lain.
  • Merusak barang milik anak lain.
  • Senang melihat anak lain dalam keadaan susah.
  • Sulit melihat situasi dari sudut pandang orang lain,
  • Menolak bertanggung jawab atau mengelak melakukan hal yang salah walaupun terbukti bersalah.
  • Menyalahkan korban atau anak lain dan bilang jika anak itu pantas mendapatkannya.
  • Targetnya adalah anak yang lebih lemah atau lebih muda, binatang yang lemah.

Lakukan Deteksi Sedini Mungkin 

1) Kenali alasannya mengapa anak melakukan bullying. Bisa saja perilaku itu muncul karena beberapa hal di bawah ini :
  • Pengasuhan yang permisif. Bullying dianggap sebagai hal biasa dalam tahapan perkembangan anak laki-laki. Ini adalah anggapan yang salah. Membiarkan seorang anak melakukan perilaku bullying akan menjadi bencana bagi karakter anak.
  • Pengasuhan yang otoriter. Penerapan disiplin yang sangat keras membuat didikan terhadap anak menjadi kaku. Situasi dalam keluarga menjadi kurang hangat. Hal ini bisa menjadi faktor pendorong anak melampiaskan emosinya kepada orang lain dengan melakukan bullying.
  • Kurangnya kepercayaan diri sehingga melakukan kekerasan untuk mendapatkan penghargaan.
  • Perasaan tidak berdaya sehingga menyerang anak lain yang lebih lemah akan membuat dirinya merasa kuat dan tangguh.
  • Belum berkembangnya empati. Bisa saja terjadi karena pengalaman traumatis yang pernah dialami anak.
  • Untuk bersenang-senang. Anak melakukan bullying sebagai "permainan" karena merasa bosan.
  • Anak bermain dengan teman yang agresif sehingga terpengaruh.
  • Anak tidak terampil dalam mengatasi permasalahannya.
  • Membalas dendam. Anak melakukan tindakan balas dendam dan merasa impas.
  • Meniru tayangan di televisi atau media elektronik lain yang mengandung unsur kekerasan sehingga mempengaruhi sikap dan perilaku mereka.

2) Tanggapi laporan dengan serius. Jika Anda mendengar anak Anda melakukan bullying terhadap anak lain, bersikaplah segera dan jangan mengabaikannya. Hal ini sangat penting supaya Anda segera melakukan tindakan pencegahan supaya perilaku bullying ini tidak berulang lagi.

3) Awasi anak ketika mengkonsumsi tayangan di media.
4) Beri contoh kegiatan untuk mengembangkan keterampilan empatinya.Contoh, berlaku lembut dan sopan dengan orang lain, memperhatikan orang yang lemah.
5) Libatkan peran ayah. Ayah yang memiliki peran aktif dalam pengasuhan akan mengajarkan anak menjadi lebih sensitif, peka, berempati. Penelitian menunjukkan perilaku kekerasan muncul dari pola pengasuhan dimana ayahnya tidak berperan maksimal atau mucul karena ayah yang berperan agresif.

Tindakan yang Diperlukan

a) Untuk perilaku bullying yang pertama kali dilakukan anak.


  • Bertindaklah sesegera mungkin. Tetap tenang ketika menghadapi anak. Tidak marah-marah atau meluapkan emosi yang berlebihan karena dapat memperburuk situasi. Pindahkan anak Anda segera dari situasi tersebut. Kemudian duduklah bersama anak dan ajaklah anak berbicara dengan suara serius dan tegas untuk menunjukkan bahwa perilaku itu buruk dan salah.
  • Ungkapkan harapan keluarga kepada anak misalnya; "Di rumah kamu selalu bersikap baik dengan papa dan mama. Maka di luar rumahpun kamu dapat berbuat baik pada orang lain"
  • Dengarkan anak Anda baik-baik. Dengarkanlah alasannya mengapa ia melakukan tindakan kekerasan. Tetap ingat bahwa pelaku bullying akan menyalahkan orang lain dan merasa dirinya benar untuk melakukan tindakan kekerasan. Maka Anda mungkin memerlukan saksi mata untuk mendapatkan gambaran yang akurat atas tindakkan yang sudah anak lakukan.
  • Ciptakan solusi yang positif. Contoh : Masalahnya adalah anak tidak mampu mengendalikan emosinya. Solusi : Ajari anak strategi untuk mengelola amarah.
  • Menegakkan konsekuensi. Apapun konsekuensinya, jangan biarkan dia untuk lepas dari konsekuensi itu. Hindari hukuman fisik. Berikan reward positif.
  • Memerlukan pemulihan. Bantu anak untuk memulihkan dirinya dan memulihkan hubungan anak dengan orang yang sudah disakitinya.

b) Untuk perilaku bullying yang lebih parah atau berulang.



  • Awasi anak Anda lebih dekat.Biarkan anak tahu bahwa Anda mengawasinya atau mengontrol aksinya di luar rumah. Mintalah orang dewasa lain untuk mengawasi anak Anda jika Anda membutuhkannya.
  • Bermusyawarahlah dengan penanggung jawab. Jelaskan kepada anak bahwa Anda akan berbicara dengan semua penanggung jawab yang terkait seperti guru, babbysitter dsbnya, untuk meyakinkan semua orang mengharapkan perubahan pada perilaku kekerasan yang dilakukan.
  • Carilah bantuan profesional seperti ke psikolog maupun konselor untuk membantu Anda dalam mengubah perilaku bullying ini. Anda dapat mencari info tempat praktek psikolog di artikel lain di blog ini.
Kembangkan kebiasaan baru untuk perubahan ke sikap positif.

Ajarkan beberapa kebiasaan baru sebagai berikut :
  1. Ajari keterampilan tentang persahabatan.
  2. Periksa teman-teman yang agresif.
  3. Mengembangkan keterampilan berempati.
  4. Temukan cara sehat untuk menyalurkan emosi.
Demikianlah orangtua beberapa ulasan tentang perilaku bullying pada anak. Jika anda pernah menjumpai anak Anda melakukan bullying terhadap anak lain, ingatlah untuk tetap berbesar hati dan bersikap tenang. Lakukan intervensi sedini mungkin untuk menghindarkan perilaku bullying yang berulang atau lebih parah.
Di lain kesempatan, akan saya tulis artikel tentang Cara Mengelola Emosi pada Anak ya juga artikel lain untuk emosional regulasi.
Ikuti terus tulisan-tulisan saya di blog ini.
Mari kita hadirkan dunia yang ramah untuk anak-anak Indonesia

Salam,
Yuria Ekalitani
Email : mcfdc.indonesia@gmail.com

Referensi :
Borba,Michele; 2009; Building Moral Intelligence : The Seven Essensial Virtues That Teach Kids to Do The Right Things.

Sheras, Peter; Your Child : Bully or Victim? Understanding and Ending Schoolyard Tyranny.










Tuesday, November 10, 2015

Gangguan Tumbuh Kembang yang Sering Ditemukan

Tidak semua tumbuh kembang anak berjalan sempurna. Beberapa di antaranya ada yang mengalami keterlambatan. Pengetahuan orangtua amat diperlukan untuk dapat mengenali gangguan tumbuh kembang yang seringkali ditemukan sedini mungkin. Berikut ini saya berikan beberapa ulasan mengenai gangguan tumbuh kembang anak.

1) Gangguan bicara dan bahasa

  • Kemampuan berbahasa merupakan indikator seluruh perkembangan anak. Kemampuan berbahasa sensitif terhadap keterlambatan atau kerusakan pada sistem lainnya, sebab melibatkan kemampuan kognitif, motor, psikologis, emosi dan lingkungan sekitar anak. Kurangnya stimulasi akan dapat menyebabkan gangguan bicara dan berbahasa, bahkan gangguan ini dapat menetap.

2) Cerebral Palsy

  • Merupakan suatu kelainan gerakkan dan postur tubuh yang tidak progresif, yang disebabkan oleh karena suatu kerusakan/gangguan pada sel-sel motorik pada susunan syaraf pusat yang sedang tumbuh/belum selesai pertumbuhan.

3) Sindroma Down

  • Anak dengan Sindroma Down adalah individu yang dapat dikenal dari fenotipnya dan mempunyai kecerdasan yang terbatas, yang terjadi akibat adanyajumlah kromosom 21 yang berlebih. Perkembangannya lebih lambat dari anak yang normal. Beberapa faktor seperti kelainan jantung kongenital, hipotonia yang berat, masalah biologis atau lingkungan lainnya dapat menyebabkan keterlambatan motorik dan keterampilan untuk menolong diri sendiri.

4) Perawakan pendek

  • Short stature atau perawakan pendek merupakan suatu terminologi mengenai tinggi badan yang berada di bawah presentil 3 atau -2 SD pada kurva pertumbuhan yang berlaku pada populasi tersebut. Penyebabnya dapat karena varisasi normal, gangguan gizi, kelainan kromosom, penyakit sistemik atau karena kelainan endokrin.

5) Gangguan Autisme

  • Merupakan gangguan perkembangan pervasif pada anak yang gejalanya muncul sebelum anak berumur 3 tahun. Pervasif berarti meliputi seluruh aspek perkembangan sehingga gangguan tersebut sangat luas dan berat, yang mempengaruhi anak secara mendalam. Gangguan perkembangan yang ditemukan pada autisme mencakup bidang interaksi sosial, komunikasi dan perilaku.

6) Retardasi Mental

  • Merupakan suatu kondisi yang ditandai oleh intelegensia yang rendah (IQ<70) yang menyebabkan ketidakmampuan individu untuk belajar dan beradaptasi terhadap tuntutan masyarakat atas kemampuan yang dianggap normal.

7) Gangguan pemusatan perhatian dan hiperaktivitas

  • Merupakan gangguan dimana anak mengalami kesulitan untuk memusatkan perhatian yang seringkali disertai dengan hiperaktivitas.

Diulas oleh :
Yuria Ekalitani


Sumber referensi :

Direktorat Bina Kesehatan Anak; 2006; Pedoman Pelaksanaan Stimulasi, Deteksi dan Intervensi Dini Tumbuh Kembang Anak di Tingkat Pelayanan Kesehatan Dasar; Jakarta : Departemen Kesehatan RI.


Ide Kreatif Membuat Mainan Anak untuk Melatih Kecerdasan Otak

Dear, parents

Berikut ini saya muat beberapa foto hasil karya orangtua kreatif dari berbagai sumber. Hasil karya tangan ini dapat menjadi alat permainan yang mampu menstimulasi kinerja otak sehingga menjadi lebih cerdas. Semoga bermanfaat ya.....


Project 1 : Merangkai Kalung dari Sedotan


sumber : http://kerajinantangansip.blogspot.co.id/


Project 2 : Membuat Peternakan dari Kardus Bekas


sumber : http://www.thementhilisproject.com/


Project 3 : Membuat Maze dari Sedotan


sumber : http://kerajinantangansip.blogspot.co.id/


Project 4 : Membuat Mobil-mobilan dari Kardus Bekas


sumber : http://kerajinantangansip.blogspot.co.id/


Project 5 : Membuat Sebuah Kota dari Kardus Bekas


sumber : http://coolmompicks.com/blog/2014/01/04/diy-toys-cardboard-boxes/


Project 6 : Membuat Boneka dari Sendok Plastik


http://handmade-website.com/easy-crafts-for-kindergarten/


Project 7 : Membuat Jam dari Piring Kertas


http://homicraft.com/new-year-crafts-for-kindergarten.html





Ide Kreatif Mengajarkan Anak Calistung


CALISTUNG adalah singkatan dari membaca, menulis, dan berhitung. Calistung adalah tahapan dasar orang bisa mengenal huruf dan angka. Banyak pakar menganggap penting calistung untuk mempermudah komunikasi dalam bentuk bahasa tulis dan angka. Umumnya belajar calistung ini banyak disampaikan di pendidikan formal, yaitu sekolah.

Mengajar menulis lebih susah kerena membutuhkan begitu banyak kemampuan yang harus dikuasai anak, antara lain koordinasi mata, tangan, bagaimana cara anak memegang pinsil, memperkirakan bentuk tulisan dsb. Tapi jangan putus asa, ini ada kiat praktis, tidak bisa langsung diajar menulis abjad, berikan latihan mewarnai, mencontoh bentuk sederhana misalnya : garis lurus/miring, silang, kotak, segi empat, bulat dsb, titik-titik rapat, jarang-jarang sampai anak bisa meniru bentuk tersebut tanpa bantuaan,anak disuruh meniru dalam kotak-kotak besar, makin kecil sampai ke garis di buku tulis. Cara mengajar menulis abjad juga tahapannya sama, jangan lupa perhatikan cara memegang pensil harus betul, berikan pensil yang lunak dulu 2B/3B/4B, kalau ada pensilnya bentuk segitiga. Ibu kalau sudah ditahap begitu toh tidak bisa mungkin perlu terapi sensory integrasi.

Beberapa kemampuan motorik halus di sekitar tangan/jari jemari yang berhubungan dengan kemampuan anak memegang serta menggerakkan pensil pada waktu
 menulis. Kemampuan tersebut dapat dilatih/ditingkatkan dengan misalnya bermain meronce, memasukan benda kecil (kacang, kerang seperti yang untuk main congklak) ke dalam botol, bermain dengan jepitan (seperti jepitan untuk jemur baju), menggunting, melipat, menempel, mewarnai, menggambar bebas dan sebagainya (banyak teman yang pasti bisa menambahkan). 

Diharapkan dengan
 latihan dan seiring juga dengan faktor kematangan, maka kemampuan motorik halus akan dapat lebih baik dan kemampuan anak dalam menulis juga akan membaik. Selain untuk menulis, kemampuan motorik halus itu memang diperlukan dalam kehidupan sehari-hari. Dalam hal menulisnya, mungkin dapat dicoba dengan buku-buku belajar/latihan menulis seperti yang banyak dijual di toko buku (bisa juga bikin sendiri). Boleh sering lihat-lihat di bagian buku anak pra-sekolah, dan nanti bisa punya banyak ide deh. Pilih saja yang mudah dahulu dan yang menarik buat anak. Yang juga penting ialah, sebaiknya semua aktivitas tersebut di atas yang dilakuan anak di rumah diusahakan sedapat mungkin dalam suasana yang menyenangkan, dengan bermain sambil belajar dan dengan variasi cara bermain yang menarik bagi anak. Penting juga untuk senantiasa menerima, menghargai dan memberi dorongan serta pujian terhadap apa saja kemampuan positif yang telah dapat dilakuan anak, meskipun hasil kemampuan tersebut tampaknya masih jauh dari sempurna. Karena dengan kita menghargai apa yang telah dapat dilakuan anak, ia dapat semakin bersemangat dan percaya diri, sehingga semakin sering ia melakukannya lagi hal serupa dan jadi semakin banyak berkesempatan berlatih, akibatnnya kemampuannya dalam hal itu akan semakin meningkat.


Nah berikut ini adalah beberapa ide kreatif untuk mengajarkan calistung lewat bermain pada anak yang dihimpun dari berbagai sumber seperti google.com, pinterest, dsbnya. Semoga bermanfat ya parents.


MEMBACA







MENULIS




BERHITUNG








Ide Kreatif Membuat Mainan Anak dari Kardus Bekas

Dear parents.
Kami mengumpulkan koleksi foto-foto dari orangtua kreatif di berbagai negara. Mereka membuat mainan untuk anaknya dari kardus bekas. Semoga foto-foto ini menginspirasi Anda di rumah untuk membuat mainan edukatif untuk anak. Mainan ini tidak hanya murah tapi juga mengedukasi anak kita untuk berpikir kreatif.
Foto-foto ini diambil dari beberapa sumber antara lain google, pinterest dan blog2.
Semoga bermanfaat yaaaa 


















Monday, November 9, 2015

Stimulasi Anak Belajar Berjalan

Tahapan perkembangan anak pada usia 9 bulan ke atas salah satunya adalah mengembangkan kemampuan berjalan. Namun tidak jarang, orang tua menjumpai anaknya belum dapat berjalan meskipun sudah memasuki usia 9 bulan ke atas. Saya juga demikian saat anak saya belum dapat berjalan pada usia 12 bulan. Tapi berkat usaha dan kerja keras kami sebagai orangtua, anak saya bisa mengejar ketinggalannya dan sekarang lincah berjalan.

Nah, berikut ini, saya akan membagikan beberapa tips yang saya lakukan untuk menstimulasi anak bisa berjalan sendiri. Tips ini beberapa saya dapatkan dari pengalaman orangtua, profesional dan juga beberapa kepercayaan dari para tetua. Meskipun kita hidup dalam jaman modern, tidak ada salahnya mendengarkan kearifan lokal yang diwariskan dari para leluhur kita. Tapi, tentunya tidak ditelan mentah-mentah melainkan dicerna terlebih dahulu cocok atau tidak untuk kita lakukan. So, berikut tipsnya. Mudah-mudahan bermanfaat ya, parents.


1) Pastikan anak mendapat makan dan asupan gizi yang cukup

  • Perhatikan apakah selama ini Anda memberikan makan yang cukup atau tidak untuk anak Anda. Ketika usia nya makin bertambah, anak memerlukan asupan makanan yang cukup untuk memberikan energi bagi dirinya untuk beraktivitas. Jika anak mendapatkan asupan makanan dan gizi yang kurang, tubuhnya akan lemas dan tidak punya cukup energi untuk beraktivitas apalagi belajar berjalan. Kakinya akan lemas dan anak akan enggan untuk berdiri. Maka pastikan anak mendapatkan cukup makan dan gizi. Makan pisang akan membantu memberikan asupan karbohidrat yang besar. Makan dengan kuah berkaldu baik kaldu dari ceker ayam kampung yang sudah dibersihkan dari kukunya, maupun kaldu sapi dan rebusan daging ayam. 




2) Biarkan anak Anda memiliki banyak waktu bermain di lantai.

  • Orangtua terkadang khawatir jika anak bermain di lantai. Apalagi jika orangtua mengurus anaknya sendiri. Maka untuk melakukan aktivitas sehari-hari, biasanya anak akan digendong. Sebisa mungkin kurangi menggendong anak Anda. Letakkan anak Anda di lantai atau di atas karpet dan biarkan dia bermain. Jika terlalu sering digendong, ia tidak akan terbiasa dan termotivasi untuk berjalan. Sebelum meletakkan anak Anda untuk bermain sendiri di lantai, pastikan mainan yang Anda berikan aman untuknya dan tidak dapat ditelan. Pastikan pula tempat di sekelilingnya aman. Anda tetap dapat memperhatikan anak Anda sambil terus beraktivitas dan si kecil pun dapat bermain. 




3) Tiap pagi, ajaklah anak Anda menapakkan kakinya di rumput yang masih berembun.

  • Tips ini saya dapatkan dari orangtua saya. Jaman dahulu, untuk dapat berjalan, anak-anak akan diajak menapakkan kakinya di atas rumput yang masih berembun. Sebenarnya cukup masuk di akal buat saya. Dengan telanjang kaki, anak akan menapakkan kakinya di rumput. Rumput yang basah dan teksturnya yang agak kasar, akan merangsang saraf sensoris di telapak kaki anak. 



4) Stimulasi otot kaki nya dengan memijat telapak kakinya secara lembut.

  • Selain menapakkan kaki di rumput yang basah, orang jaman dahulu sering memijat kaki anaknya supaya cepat berjalan. Bagian yang dipijat biasanya telapak kaki dan lutut. Pijat dengan lembut. Ini akan merangsang ototnya untuk kuat berjalan dan menapak.



5) Latihan mendorong kursi.

  • Anak saya paling suka jika saya latih berjalan dengan mendorong kursi plastik. Pertama kali sebaiknya pilihlah kursi plastik yang kecil. lalu biarkan anak memegang kursi plastik itu dan berpegangan di kedua sisinya setelah itu suruhlah dia mendorong. Anak akan dapat mendorong dengan baik jika permukaan lantai rata. Pastikan orangtua ada di dekatnya dan selalu mengawasi.



6) Menggandeng dengan satu tangan.

  • Jika ia sudah cukup terampil mendorong kursi sambil berjalan, gandenglah tangannya dengan satu tangan Anda dan berjalanlah perlahan agar si kecil dapat mengikuti langkah Anda. Hati-hati saat melakukan kegiatan ini karena tangan aak beresiko terkilir jika Anda tidak hati-hati. Jika anak belum mahir, sebaiknya jangan dipaksakan. 



7) Berdirikan anak Anda dengan menempel di tembok dan biarkan ia berjalan menghampiri Anda.

  • Cara ini paling cepat membuat anak saya percaya diri untuk berjalan sendiri. Berdirikan anak Anda di tembok, biarkan ia berdiri menyandar tembok sampai kakinya benar-benar kuat dan ajak anak Anda berjalan menghampiri Anda. Untuk awalan, jarak antara Anda dan si kecil sebaiknya tidak terlalu jauh. Selalu hati-hati untuk mengawasi anak Anda. 



Demikian beberapa tips yang pernah saya lakukan sampai anak saya bisa berjalan sendiri. Ingatlah untuk selalu berikan reward positif atas usaha yang si kecil lakukan. Reward bisa berupa pelukkan, pujian, ciuman dan sebagainya. Kalau si kecil terjatuh saat ia berjalan, hibur dia. Berikan pelukkan dan kata-kata motivasi supaya ia tidak jera untuk belajar berjalan.
Nah parents. Saya selalu percaya bahwa tidak ada usaha yang melebihi kekuatan cinta.
Lakukanlah yang terbaik untuk si kecil, lakukanlah dengan penuh cinta.

Salam,
Yuria Ekalitani
FB : Yuria Ekalitani
Email : duniapsikologianak@gmail.com
----Foto-foto di atas diambil dari www.google.com






Sunday, November 8, 2015

Tahapan Perkembangan Anak menurut Usia

USIA 0-3 BULAN

  • Mengangkat kepala setinggi 45 derajat.
  • Menggerakkan kepala dari kiri/kanan ke tengah.
  • Melihat dan menatap wajah orang yang ada di depannya.
  • Mengoceh spontan atau bereaksi dengan mengoceh.
  • Suka tertawa keras.
  • Bereaksi terkejut terhadap suara keras,
  • Membalas tersenyum ketika diajak tersenyum/bicara.
  • Mengenal ibunya dengan penglihatan, penciuman, pendengaran dan kontak tubuh.


USIA 3-6 BULAN

  • Berbalik dari telungkup ke terlentang.
  • Mengangkat kepala setinggi 90 derajat.
  • Mempertahankan posisi kepala tetap tegak dan stabil.
  • Menggenggam pensil.
  • Meraih benda yang ada di dalam jangkauannya,
  • Memegang tangannya sendiri.
  • Berusaha memperluas pandangan.
  • Mengarahkan matanya pada benda-benda kecil.
  • Mengelurkan suara gembira bernada tinggi atau memekik.
  • Tersenyum ketika melihat mainan/gambar yang menarik saat bermain sendiri.


USIA 6-9 BULAN

  • Duduk sendiri.
  • Belajar berdiri, kedua kakinya menyangga kedua berat badan.
  • Merangkak atau mendekati seseorang.
  • Memindahkn benda dari satu tangan ke tangan lainnya.
  • Memungut dua benda, masing-masing tangan pegang 1 benda pada saat yang bersamaan.
  • Memungut benda sebesar kacang dengan cara meraup.
  • Bersuara tanpa arti seperti : mamama, bababa, papapa
  • Mencari mainan/benda yang dijatuhkan.
  • Bermain tepuk tangan/cilukba
  • Bergembira dengan melempar benda.
  • Makan kue sendiri.


USIA 9-12 BULAN

  • Mengangkat badannya ke posisi berdiri.
  • Belajar berdiri selama 30 detik atu berpegangan pada kursi.
  • Dapat berjalan dengan dituntun.
  • Mengulurkan lengan/badan untuk meraih mainan yang diinginkan.
  • Menggenggam erat pensil.
  • Memasukkan benda ke mulut.
  • Mengulang menirukan bunyi yang didengar.
  • Menyebut 2-3 suku kata yang sama tanpa arti.
  • Mengeksplorasi sekitar, ingin tahu, ingin menyentuh apasaja.
  • Bereaksi terhadap suara perlahan atau bisikkan.
  • Senang diajak bermain cilukba
  • Mengenal anggota kelurga, takut pada orang asing.


USIA 12-18 BULAN

  • Berdiri sendiri tanpa pegangan.
  • Membungkuk memungut mainan kemudian berdiri kembali.
  • Berjalan mundur 5 langkah.
  • Memanggil orangtua dengan sebutan yang biasa dipakai di rumah.
  • Meumpuk 2 kubus.
  • Memasukkan kubus ke kotak.
  • Menunjuk apa yang diinginkan tanpa menangis/merengek. Biasanya dilakukan dengan menarik tangan ibunya.
  • Memperlihatkan rasa cemburu/bersaing.


USIA 18-24 BULAN

  • Berdiri sendiri tanpa berpegangan selama 30 detik
  • Berjalan tanpa terhuyun-huyun.
  • bertepuk tangan, melambai-lambai.
  • Menumpuk 4 buah kubus.
  • Memungut benda kecil dengan ibu jari dan telunjuk.
  • Menggelindingkan bola ke arah sasaran.
  • Menyebut 3-6 kata yang mempunyai arti
  • Membantu/menirukan pekerjaan rumah.
  • Memegang cangkir sendiri, belajar makan dan minum sendiri.


USIA 24-36 BULAN

  • Jalan atau naik tangga sendiri.
  • Dapat bermain dan menendang bola kecil.
  • Mencoret-coret kertas dengan pensil.
  • Bicara dengan bik menggunkan dua kata.
  • dapat menunjuk satu atau lebih bagian tubuhnya ketika diminta.
  • Melihat gambar dan dapat menyebut dengan benar nama 2 benda atau lebih.
  • Membantu memungut mainannya sendiri atau membantu mengangkat piring jka diminta.
  • Makan nasi sendiri tanpa banyak tumpah.
  • Melepas pakaiannya sendiri.


USIA 36-48 BULAN

  • Berdiri 1 kaki 2 detik.
  • Melompat kedua kaki diangkat.
  • Mengayuh sepeda roda tiga.
  • Menggambar garis lurus.
  • Menumpuk 8 buah kubus.
  • Mengenal 2-4 warna.
  • Menyebut nama, umur dan tempat.
  • Mengenal arti kata di atas, di bawah dan di depan.
  • Mendengarkan cerita.
  • Mencuci dan mengeringkan tangan sendiri.
  • Bermain bersama teman, mengikuti aturan permainan.
  • Mengenakan sepatu sendiri.
  • Mengenakan pakaian, celana panjang, kemeja dan baju.


USIA 48-60 BULAN

  • Berdiri 1 kaki 6 detik.
  • Melompat-lompat dengan 1 kaki.
  • Menari
  • Menggambar tanda silang.
  • Menggambar lingkaran.
  • Menggambar orang dengan 3 bagian tubuh.
  • Mengancing baju atau pakaian boneka.
  • Menyebut nama lengkap tanpa dibantu
  • senang menyebut kata-kata baru.
  • Senang bertanya tentang sesuatu.
  • Menjawab pertanyaan dengan kata-kata yang benar.
  • Bicaranya mudah dimengerti.
  • Bisa membandingkan/membedakan sesuatu dari ukuran dan bentuknya.
  • Menyebut angka, menghitung jari.
  • Menyebut nama-nama hari.
  • Berpakaian sendiri tanpa dibantu.
  • Bereaksi tenang dan tidak rewel ketika ditinggal ibu.


USIA 60-72 BULAN

  • Berjalan lurus.
  • Berdiri dengan 1 kaki selama 11 detik.
  • Menggambar dengan 6 bagian, emnggambar orang lengkap.
  • Menangkap bola kecil dengan kedua tangan.
  • Menggambar segi empat/
  • Mengerti arti lawan kata.
  • Mengerti pembicaraan yang menggunakan 7 kata atau lebih.
  • Menjawab pertanyaan tentang benda terbuat dari apa dan kegunaannya.
  • Mengenal angka, bisa menghitung angka 5-10
  • Mengenal warna-warni
  • Mengungkapkan simpati
  • Mengikuti aturan permainan
  • Berpakaian sendiri tanpa dibantu.

Diulas kembali oleh :
Yuria Ekalitani

Sumber referensi :
Direktorat Bina Kesehatan Anak; 2006; Pedoman Pelaksanaan Stimulasi, Deteksi dan Intervensi Dini Tumbuh Kembang Anak di Tingkat Pelayanan Kesehatan Dasar; Jakarta : Departemen Kesehatan RI.