Oleh. Yuria Ekalitani
Orang dewasa pada umumnya pernah mengalami rasa takut dan gelisah.
Begitupula dengan anak-anak. Terkadang orang dewasa menyikapi hal ini menjadi
sesuatu hal yang harus dijauhkan dari anak-anak. Sebenarnya, perasaan gelisah
dan takut bukan hanya normal dialami oleh anak-anak, tetapi juga diperlukan
bagi mereka asalkan masih dalam taraf normal. Mengapa demikian?Perasaan gelisah
dan takut, pada dasarnya dapat menjadi sarana bagi anak-anak dalam menyiapkan
dirinya untuk menghadapi berbagai pengalaman dan situasi yang menantang dalam
kehidupan mereka. Perasaan gelisah dan takut itu sendiri di kalangan anak-anak
akan berubah seiring dengan bertambahnya usia anak bahkan bisa begitu saja
lenyap seiring dengan perkembangan usianya.
Ada beberapa macam perasaan takut yang secara khas dimiliki oleh anak-anak
antara lain takut kegelapan, takut melihat darah, takut pada hewan-hewan
tertentu atau takut sendirian. Sementara itu kegelisahan yang biasanya terjadi
pada anak-anak antara lain kegelisahan yang dirasakan pada saat mulai masuk
sekolah, saat tidak mengerjakan PR. Walaupun demikian, perasaan gelisah dan
takut yang berkepanjangan dapat membawa dampak psikologis yang cukup serius
bagi diri anak. Perasaan gelisah yang terkait dengan penolakkan sosial maupun
bencana alam, umpamanya, dapat menjadi semacam trauma bagi anak sehingga yang
bersangkutan gagal mempelajari sejumlah keterampilan sosial yang penting.
Takut dan gelisah yang dialami anak bahwasanya berakar dari emosi. Sebenarnya, emosi
anak akan sangat membantu orang tua dan pendidik dalam memberi stimulasi atau
rangsangan emosi yang tepat bagi anak. Akan tetapi, keterbatasan pemahaman
emosi anak sering kali menimbulkan ketidaktepatan orang dewasa dalam merespon
emosi anak. Kondisi ini dapat mengakibatkan munculnya permasalahan baru dalam
aspek emosi. Ketegangan emosi
yang dimiliki anak dapat menghambat atau menggangu aktivitas motorik dan mental
anak. Seseorang anak yang mengambil stres atau ketakutan menghadap uuatu
situasi dapat menghambat anak untuk meakukan aktivitas misalnya menolak bermain
finger painting (melukis dengaan jari tangan) karena takut akan mengotori
bajunya dan dimarahi orang tuanya. Hal demikian menyebabkan anak kehilangan
keberanian untuk mencoba dan kesempatan pengembangan dirinya terlambat. Sehingga
ketidakmampuan anak dalam mengenali emosi dan mengelola emosinya menunjukan
kecenderungan anak berkercerdasan emosi rendah sehingga menghambat anak dalam
mengoptimalkan potensi yang dimiliki. Kondisi ini memungkinkan penggunaan
kriteria penyesuaian diri sebagai patokan dalam menentukan permasalahan anak.
Kriteria ini menekankan pada kriteria umum untuk melihat apakah individu mampu
menyesuaikan diri dengan lingkungan. Biasanya merujuk pada perilaku yang di
anggap meresahkan bahkan mengganggu perkembangan diri sendiri atau lingkungan
sekitar seperti perilaku agresif, berbohong atau kecemasan terus menerus.
Oleh karena itu, diperlukan pemahaman yang cermat dari orang dewasa
untuk mengamati persaan takut dan gelisah yang dirasakan oleh anak sebagai
salah satu emosi yang dirasakan oleh anak. Bahkan apabila perasaan gelisah dan
takut itu mencerminkan masalah yang lebih serius maka diperlukan penanganan
dari pihak luar seperti konselor khusus, psikiater maupun psikolog.
Orang dewasa pada umumnya pernah mengalami rasa takut dan gelisah.
Begitupula dengan anak-anak. Terkadang orang dewasa menyikapi hal ini menjadi
sesuatu hal yang harus dijauhkan dari anak-anak. Sebenarnya, perasaan gelisah
dan takut bukan hanya normal dialami oleh anak-anak, tetapi juga diperlukan
bagi mereka asalkan masih dalam taraf normal. Mengapa demikian?Perasaan gelisah
dan takut, pada dasarnya dapat menjadi sarana bagi anak-anak dalam menyiapkan
dirinya untuk menghadapi berbagai pengalaman dan situasi yang menantang dalam
kehidupan mereka. Perasaan gelisah dan takut itu sendiri di kalangan anak-anak
akan berubah seiring dengan bertambahnya usia anak bahkan bisa begitu saja
lenyap seiring dengan perkembangan usianya.
Ada beberapa macam perasaan takut yang secara khas dimiliki oleh anak-anak
antara lain takut kegelapan, takut melihat darah, takut pada hewan-hewan
tertentu atau takut sendirian. Sementara itu kegelisahan yang biasanya terjadi
pada anak-anak antara lain kegelisahan yang dirasakan pada saat mulai masuk
sekolah, saat tidak mengerjakan PR. Walaupun demikian, perasaan gelisah dan
takut yang berkepanjangan dapat membawa dampak psikologis yang cukup serius
bagi diri anak. Perasaan gelisah yang terkait dengan penolakkan sosial maupun
bencana alam, umpamanya, dapat menjadi semacam trauma bagi anak sehingga yang
bersangkutan gagal mempelajari sejumlah keterampilan sosial yang penting.
Takut dan gelisah yang dialami anak bahwasanya berakar dari emosi. Sebenarnya, emosi
anak akan sangat membantu orang tua dan pendidik dalam memberi stimulasi atau
rangsangan emosi yang tepat bagi anak. Akan tetapi, keterbatasan pemahaman
emosi anak sering kali menimbulkan ketidaktepatan orang dewasa dalam merespon
emosi anak. Kondisi ini dapat mengakibatkan munculnya permasalahan baru dalam
aspek emosi. Ketegangan emosi
yang dimiliki anak dapat menghambat atau menggangu aktivitas motorik dan mental
anak. Seseorang anak yang mengambil stres atau ketakutan menghadap uuatu
situasi dapat menghambat anak untuk meakukan aktivitas misalnya menolak bermain
finger painting (melukis dengaan jari tangan) karena takut akan mengotori
bajunya dan dimarahi orang tuanya. Hal demikian menyebabkan anak kehilangan
keberanian untuk mencoba dan kesempatan pengembangan dirinya terlambat. Sehingga
ketidakmampuan anak dalam mengenali emosi dan mengelola emosinya menunjukan
kecenderungan anak berkercerdasan emosi rendah sehingga menghambat anak dalam
mengoptimalkan potensi yang dimiliki. Kondisi ini memungkinkan penggunaan
kriteria penyesuaian diri sebagai patokan dalam menentukan permasalahan anak.
Kriteria ini menekankan pada kriteria umum untuk melihat apakah individu mampu
menyesuaikan diri dengan lingkungan. Biasanya merujuk pada perilaku yang di
anggap meresahkan bahkan mengganggu perkembangan diri sendiri atau lingkungan
sekitar seperti perilaku agresif, berbohong atau kecemasan terus menerus.
Oleh karena itu, diperlukan pemahaman yang cermat dari orang dewasa
untuk mengamati persaan takut dan gelisah yang dirasakan oleh anak sebagai
salah satu emosi yang dirasakan oleh anak. Bahkan apabila perasaan gelisah dan
takut itu mencerminkan masalah yang lebih serius maka diperlukan penanganan
dari pihak luar seperti konselor khusus, psikiater maupun psikolog.
No comments:
Post a Comment